Kamis, 17 November 2016

Pecel


arsip nurfadilasupii.blogspot.com
Saya sangat bersyukur, telah ditakdirkan Allah swt untuk lahir, tumbuh dan berkembang di Indonesia. Negeri yang kata orang adalah negeri yang gemah ripah loh jinawi, negeri yang subur makmur dan berlimpah kekayaannya.
Bagaimana tidak bersyukur? Di negeri yang membentang dari Sabang sampai Merauke berkembang aneka ragam kekayaan. Baik kekayaan alam, kekayaan budaya, kekayaan bahasa, hingga kekayaan kuliner. Saya sudah banyak merasakan beberapa jenis hidangan khas daerah-daerah nusantara. 
Tapi, ada satu makanan nusantara yang paling saya gemari, yaitu PECEL!
Sebagai anak manusia yang dilahirkan Emak di Desa Ngadiluwih, Kediri, Jawa Timur, otomatis lidah saya sudah terbiasa dengan sajian kuliner yang sangat populer ini.
Pecel adalah kuliner dengan bumbu yang pada umumnya menggunakan kacang tanah sebagai bahan utama sambalnya / sausnya. Kemudian sambal/saus itu dituangkan diatas berbagai jenis sayuran seperti bayam, tauge, kacang panjang, kenikir, kembang turi, dll.
Meski demikian, sajian pecel sendiri terdiri dari banyak ragamnya, di antaranya :

  1. Pecel Tumpang, adalah pecel khas Kediri, biasa disebut Sambel Tumpang. Sebenarnya bumbunya mirip bumbu sayur lodeh. Bahan dasarnya menggunakan tempe yang dibusukkan beberapa hari, supaya lebih nikmat lagi dicampuri udang kering (ebi). Namun untuk membuatnya perlu pengetahuan dan keahlian, jangan sampai justru jadi keracunan.
  2. Pecel Madiun, merupakan pecel khas dari Madiun. Bahan dasar sambal/sausnya adalah kacang tanah Berbeda dengan pecel dari daerah lain, pecel Madiun ini mempunyai ciri khas, yaitu wangi daun jeruk. Tapi bukan sembarang daun jeruk yaa. Daun jeruk yang digunakan adalah daun jeruk purut, bukan daun jeruk nipis.
  3. Pencok, naah ini adalah pecel yang biasa dijajakan bibi-bibi madura di Palangkaraya saat saya masih kecil dulu. Biasanya bibi-bibi itu keliling sambil membawa keranjang berisi sayur masak, lontong, dan bumbu-bumbu di atas kepalanya sambil teriak,"Pencok, pencooook. Pencoknyaa deeeek." Bahan dasar bumbunya juga menggunakan kacang tanah. Hanya saja, untuk pencok ini menggunakan tambahan petis. Sehingga tidak jarang disebut rujak petis.
  4. Pelecing, yang ini menurut saya, adalah pecel khas Nusatenggara Barat. Saya pertama kali mencicipi pecel pelecing ini saat mengikuti Kegiatan Temu Teater Wilayah Timur Indonesia (Katimuri) tahun 1997 di Balai Budaya Lombok. Rasanya? Bener-bener menyengat seperti nama ibukota propinsinya, LOMBOK!
  5. Gado-gado, bagi saya ini adalah jenis pecel yang paling tidak menggugah selera! Terlalu lembut soalnya. Hehehe.
Nah, kelima jenis pecel di atas saya susun berdasarkan nomor urut kefavoritannya di lidah saya. Tentu, masih banyak lagi jenis pecel nusantara yang belum sempat saya cicipi. Oh iya, kefavoritan itu juga tergantung tempat / siapa yang menjualnya lho yaa. 


Kalo sambel tumpang itu tidak pernah lagi saya mendapatkan rasa yang paling nikmat sejak pertama kali isttri saya mencoba memasaknya ketika awal kami menikah. Ini jujur lhooo. (Mudahan yang memasaknya membaca tulisan ini. hihihi)

Begitu pun Pecel Madiun, sampai sekarang lidah saya baru cocok dengan pecel madiun samping Kodim Kapuas. Pengen sih nyiicipin pecel madiun yang ditawarkan temannya istri kemarin. Namun waktunya belum pas, mungkin akhir bulan ini deh baru bisa nyobain. Mudahan bisa cocok.

Yang unik adalah pencok, dimana-mana saya beli pencok kok rasanya sama-sama nikmat ya? 
Ada yang tahu rahasianya nggak? Kalau ada yang tahu, boleh dong berbagi informasi. Wassalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular

Recent

Comments